Istilah yang mengandung kata bio
sedang tren sekarang ini, sebagai upaya untuk menanggulangi sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui. Sejak sekolah dasar kita diajari bahwa
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui akan habis bila digunakan terus
menerus, apalagi seperti sekarang ini dimana jumlah pengguna dalam hal ini
manusia, meningkat beberapa kali lipat dibanding tahun 80-an. Beberapa
istilah yang sedang tren diantaranya adalah bioetanol dengan sumber energi
berasal dari tanaman jarak pagar. Dan yang sedang tren di prima tani
kabupaten Subang adalah biogas, yang sumber energinya berasal dari kotoran
ternak.
Proses yang terjadi dalam biogas
sendiri merupakan proses fermentasi, energi yang dihasilkan dari biogas
dimanfaatkan untuk memasak seperti halnya gas elpiji. Biogas diharapkan bisa
dijadikan alternatif oleh petani atau peternak untuk menggantikan minyak tanah,
mengingat minyak tanah akan habis masa subsidinya sehingga harganya akan
melambung. Biogas memungkinkan dilakukan di Desa Sindanglaya karena
petani ada yang mempunyai ternak sapi meskipun dengan jumlah sedikit. Dengan
memanfaatkan biogas petani tidak perlu membeli kotoran ternaknya, hanya perlu
mengeluarkan modal untuk pembuatan reaktor biogasnya saja. Selain
menghasilkan gas, biogas juga menghasilkan buangan berupa kotoran sapi yang
sudah melalui proses fermentasi di dalam tabung reaktor. Kotoran sapi yang
keluar merupakan kotoran sapi yang sudah matang, dengan kata lain siap untuk
digunakan sebagai pupuk organik.
Kotoran ternak yang digunakan bisa
berasal dari kotoran sapi maupun ternak lain seperti domba atau kambing. Namun
untuk biogas di Desa Sindanglaya menggunakan kotoran sapi, pemilihan kotoran
sapi karena lebih mudah dalam proses pengerjaan karena produksi kotoran dari
ternak sapi volumenya lebih banyak dibandingkan domba atau kambing, sehingga
memudahkan dalam pengumpulannya. Selain itu kotoran sapi lebih mudah pada
waktu pencampuran dengan air, dibandingkan dengan kotoran domba atau kambing
yang lebih padat, sehingga harus dihancurkan terlebih dahulu.
Alat-alat yang diperlukan untuk
menghasilkan biogas adalah
- Reaktor berkapasitas 3500 liter yang terbuat dari
fiberglass, bahan reaktor selain dari fiberglass dapat juga menggunakan
drum bekas atau plastik yang berukuran besar dengan syarat kedap udara
untuk mencegah kebocoran gas.
- Selang
- Drum pengumpan yang bisa dibuat dari drum kecil bekas
- Pengaman gas untuk membuang kelebihan gas
- Plastik penampung gas, yang berfungsi untuk menampung
gas seperti halnya tabung elpiji
- Kompor biogas
- Blower, alat ini dipasang pada kompor biogas. blower
berfungsi untuk membantu menyedot gas dari penampung gas, karena gas yang
dihasilkan dari biogas merupakan gas bertekanan rendah sehingga memerlukan
bantuan blower untuk memperkuat tekanannya.
- Selang elasti 20 meter
- Pipa inlet dan outlet
- Penutup drum umpan
proses perakitannya sendiri
dilakukan antara teknisi dari perusahaan penyedia biogas dengan para petani,
petani disertakan dalam proses perakitan diharapkan agar petani/peternak
memahami proses pemasangan dan proses pembentukan gas. Setelah dirakit, maka
dilakukan pengisian kotoran ternak ke dalam tabung reaktor. Kotoran
ternak dimasukkan melalui bak pengumpan, di dalam bak pengumpan kotoran ternak
dicampur dengan air dengan perbandingan kira-kira 1:1, 1 ember kotoran ternak
dicampur dengan 1 ember air, atau sampai campuran kotoran ternak dengan air
terlihat tidak terlalu encer maupun tidak terlalu pekat. Sisa-sisa pakan
ternak yang terbawa pun dibuang pada waktu pencampuran. setelah bak pengumpan
penuh kemudian penutupnya dibuka sehingga campuran kotoran ternak dengan air
masuk ke dalam reaktor, di dalam reaktor inilah akan terjadi proses fermentasi,
dimana hasil dari fermentasi yaitu pelepasan panas dan gasnya disalurkan
melalui selang ke plastik penampung. Gas mulai terbentuk pada hari ke-5,
yang ditandai dengan mulai mengelembungnya plastik penampung, pada hari ke-15
atau sekitar 2 minggu gas yang terbentuk semakin banyak seiring dengan penuhnya
isi tabung reaktor oleh kotoran sapi.
Tabung fiberglas yang digunakan
mempunyai volume + 3500 liter, untuk mengisi tabung itu diperlukan +
1200 kg kotoran ternak. Setelah reaktor penuh pengisian reaktor hanya
dilakukan seperlunya saja. Menurut teknisi dari perusahaan biogas, gas
yang ditampung dalam plastik penampung berukuran + 2500 liter dapat
digunakan untuk memasak selama 6 jam. Petani yang menggunakan biogas
biasa menggunakan biogas untuk memasak selama + 2,5 jam setiap harinya. Dengan
penggunaan selama 2,5 jam setiap hari, masih tersisa gas dalam plastik
penampung. Dengan penggunaan seperti itu, petani cukup mengisi kotoran
sapi sebanyak 2 ember yang dilakukan 2 hari sekali.
Proses pemasangannya pun tidak
berjalan sempurna karena ada kebocoran di tabung reaktor. Tapi hal ini justru
menyebabkan petani menjadi lebih memperhatikan Reaktor biogas. Setelah
berbagai macam perbaikan, sampai akhirnya reaktor biogas dapat menghasilkan gas
dengan sempurna. Sebelum menyalakan kompor biogas steker dari blower
dimasukkan ke stop kontak, kemudian kran kompor dibuka dengan cara diputar ke
arak kanan. Setelah gas dirasakan keluar, baru kemudian korek api
dinyalakan, maka menyambarlan gas ke api dari korek api, keluarlah si api biru
yang dinanti-nanti. Dan keluarlah komentar bahagia dari petani seperti judul
suatu acara di televisi “akhirnya datang juga...”, dari kotoran sapi yang
berwarna hijau keluarlah api yang warnanya biru.
Sumber : Deptan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar santun