Jamu
tradisional untuk sapi, mungkin sebagian orang akan merasa heran karena
umumnya yang dikenal orang adalah jamu untuk dikonsumsi oleh manusia,
seperti jamu tolak angin dan berbagai jenis dengan khasiat tertentu termasuk penambah
nafsu makan. Sedangkan jamu untuk ternak sebagian masyarakat Lombok
mengenalnya dengan sebutan Loloh. Jamu ini terbuat dari
berbagai macam bahan rempah-rempah dan bumbu masakan yang biasa digunakan
oleh para ibu rumah tangga sebagai penyedap rasa. Mungkin setiap wilayah
memiliki ramuan jamu yang berbeda-beda tergantung pembuatnya.
Parapembuat
jamu ini sebagian besar masih merahasiakan resepnya, karena mereka memproduksi
dan kemudian menjual kepada para peternak. Jamu ini dipercaya memiliki
khasiat untuk menambah nafsu makan ternak. Sementara ini lebih banyak
diberikan pada ternak sapi yang digemukkan. Peternak menginginkan
sapi-sapi yang dipelihara bisa cepat besar dalam waktu yang singkat agar mereka
bisa mendapatkan harga yang tinggi setelah dipelihara selama beberapa waktu.
Pada usaha penggemukan, sapi
dipelihara untuk menghasilkan daging, dan hal ini ditentukan oleh
peningkatan berat badan ternak selama kurun waktu tertentu. Pertambahan
berat badan diketahui dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetis
ternak dan lingkungan termasuk pakan yang diberikan (kuantitas maupun
kualitasnya). Ternak sapi yang dipelihara peternak di NTB sebagian besar
adalah bangsa sapi Bali, sebagian lainnya merupakan sapi potong unggul
seperti Simental, Limousine dan Bangus (keturunan Brahman-Angus). Jelas
pada kondisi yang sama pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi lokal (sapi
Bali) lebih rendah dibandingkan sapi-sapi potong unggul.
Agar ternak dapat hidup dan
berproduksi maka perlu diberikan makanan yang cukup sesuai kebutuhannya.
Kebutuhan pakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing/domba biasanya
diperhitungkan berdasarkan berat badannya yaitu seberat 3% dari berat
badan ternak dalam bentuk bahan kering (BK). Mengapa demikian? Karena
hijauan makanan ternak memiliki berat kering yang berbeda maka yang digunakan
sebagai patokan perhitungan adalah dalam bentuk bahan kering. Dengan pemberian
jamu dimaksudkan agar nafsu makan ternak meningkat sehingga terjadi peningkatan
PBBH. Jika ternak lekas gemuk, maka bisa lebih cepat dijual dan dapat
memberikan keuntungan yang maksimal.
Di
Desa Tebaban, Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur, sedang
dilaksanakan kegiatan untuk menguji pengaruh jamu tradisional terhadap
pertambahan berat badan harian ternak sapi jantan yang digemukan.
Kegiatan tersebut merupakan Pengkajian dan Pemberdayaan Potensi Sumberdaya
Lokal 2009 yang dibiayai oleh Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui
Inovasi (P4MI). Obyeknya adalah sapi Simental jantan berumur sekitar 1
tahun, dan sapi Bali dengan beberapa tingkatan umur. Penelitian ini
bertujuan untuk : 1) mengetahui jumlah konsumsi pakan pada ternak-ternak sapi
yang diberikan jamu tradisional; 2) mengetahui efektifitas jamu tradisional
terhadap peningkatan berat badan harian ternak sapi pada beberapa tingkatan
umur dan bangsa ternak potong. Jamu diberikan seminggu sekali, sebanyak
10 butir/ekor. Untuk mengetahui efek jamu tersebut dilakukan penimbangan ternak
secara berkala. Juga dilakukan pengukuran jumlah pakan yang dikonsumsi
per hari.
Kegiatan telah dilaksanakan mulai
bulan Mei 2009 dan pengamatan akan berakhir pada bulan September 2009, didanai
oleh program P4MI pada BPTP NTB. Hasil penelitian ini diharapkan bisa
mendapatkan informasi tentang efek jamu tradisional (Loloh) pada
penggemukan ternak sapi. Selama ini jamu semacam itu hanya bisa
diasumsikan dapat menambah nafsu makan ternak dan mempersingkat waktu
penggemukan. Selanjutnya dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan
untuk penggunaan jamu tradisional pada usaha penggemukan ternak sapi
khususnya. Sementara ini hasil pengamatan belum bisa dipublikasikan
karena penelitian masih berjalan.
Sumber : Deptan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih atas komentar santun