Rabu, 04 September 2013

SILASE (PAKAN HIJAUAN FERMENTASI)



PAKAN CAIR PENAMBAH SUSU UTK PEDET



MEMBUAT PAKAN CAIR PENAMBAH SUSU
( PCPS )
UNTUK PEDET


I.  Pendahuluan

Pakan Cair Penambah Susu adalah :

Merupakan pakan cair yang diformulasi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pedet sejak awal masa menyusui sampai umur 2 bulan .

Diberikan pada pedet yang tidak cu-kup asupan susu induk akibat produksi susu induk kurang dari kebutuhan.

Pertimbangan pembuatan PCPS
-          Perlu mempertimbangkan kondisi saluran pencernaan pedet .
-          Sejak lahir – 2 bulan alat pencernaan pedet belum berkembang dengan baik sehingga belum sepenuhnya mampu mencerna pakan .

Syarat bahan pakan pembuatan PCPS

-          Perlu mempertimbangkan kondisi saluran pencernaan pedet
-          Sejak lahir – 2 bulan alat pencernaan pedet belum berkembang dengan baik sehingga belum sepenuhnya mampu mencerna pakan

Manfaat penggunaan PCPS
-          Meningkatkan daya hidup pedet
-          PCPS dari bahan-bahan lokal sangat bermanfaat dalam mencegah kematian pedet sekaligus meningkatkan pertumbuhannya

PCPS berpotensi sebagai pengganti susu untuk diberikan pada pedet yang induknya mati atau tidak mau menyusui anaknya

II. BAHAN DAN ALAT PEMBUAT PCPS

1.      Bahan penyusun PCPS

-          Berasal dari bahan lokal yang tersedia
-          Bahan lokal tersebut perlu dipilih secara hati-hati sebab pada umur 2 – 3 minggu pertama sistem pencernaan pedet masih belum berfungsi secara optimal (immature) dan akan berkembang sangat pesat dalam minggu-minggu berikutnya
-          Diperlukan bahan pakan yang dengan tingkat kecernaan sangat tinggi dan mengandung nilai nutrisi yang baik
-          Bahan pakan yang dipilih tidak mengandung zat anti nutrisi

Bahan pakan yang dapat digunakan :

1.       Labu atau gula merah cair  30 %
2.       Kacang kedelai/kacang merah
3.       Telur ayam/bekicot

Labu

Bagian yang digunakan adalah air perasan dagingnya
Air perasan labu dapat digantikan dengan gula lontar cair

Kacang kedelai/kacang merah

Banyak mengandung protein dan lemak yang sangat dibutuhkan oleh pedet
Kacang kedelai banyak digunakan sebagai susu kedelai yang nilai gizinya mendekati susu .
Kacang kedelai dapat digantikan dengan kacang merah
Kacang merah biasa ditanam oleh petani sebagai tumpangsari dengan tanaman jagung

Telur ayam/bekicot

Untuk melengkapi kebutuhan protein yang sangat dibutuhkan oleh pedet
Telur ayam dan bekicotd apat menggantikan sebagai pakan sumber protein pengganti susu skim
Kedua bahan tersebut mudah diperoleh di pedesaan
Bekicot merupakan hama tanaman yang banyak ditemukan selama musim hujan dan bersembunyi selama musim kemarau

Alat Pembuat PCPS

1.    Parut
2.    Kain kasa penyaring
3.    Blender/alat penumbuk
4.    Panci/dandang
5.    Kompor
6.    Minyak tanah
7.    Ember
8 . Pisau/pemotong

Cara Membuatnya

1. Siapkan bahan yang diperlukan dan dibersihkan dari kotoran
2. Labu diparut dan peras airnya dari bagian padat
3. Kacang kedelai/kacang nasi direndam satu malam atau direbus selama 15 – 20 menit.
4. Kacang dihaluskan dengan cara diblender atau ditumbuk hingga halus sekali
5. Larutan labu/gula air serta tepung bekicot/telur ayam disiapkan
6. Tambahkan larutan labu/gula cair dan tepung bekicot/telur ke dalam bahan – bahan yang telah disiapkan

Cara Penyajian

Larutan PCPS disaring dengan kain kasa dan siap diberikan kepada pedet dalam keadaan hangat-hangat kuku.

Sekian dan selamat berjuang untuk sukses

Sumber : Deptan

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI



Istilah yang mengandung kata bio sedang tren sekarang ini, sebagai upaya untuk menanggulangi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.  Sejak sekolah dasar kita diajari bahwa sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui akan habis bila digunakan terus menerus, apalagi seperti sekarang ini dimana jumlah pengguna dalam hal ini manusia, meningkat beberapa kali lipat dibanding tahun 80-an.  Beberapa istilah yang sedang tren diantaranya adalah bioetanol dengan sumber energi berasal dari tanaman jarak pagar.  Dan yang sedang tren di prima tani kabupaten Subang adalah biogas, yang sumber energinya berasal dari kotoran ternak.

Proses yang terjadi dalam biogas sendiri merupakan proses fermentasi, energi yang dihasilkan dari biogas dimanfaatkan untuk memasak seperti halnya gas elpiji. Biogas diharapkan bisa dijadikan alternatif oleh petani atau peternak untuk menggantikan minyak tanah, mengingat minyak tanah akan habis masa subsidinya sehingga harganya akan melambung.  Biogas memungkinkan dilakukan di Desa Sindanglaya karena petani ada yang mempunyai ternak sapi meskipun dengan jumlah sedikit. Dengan memanfaatkan biogas petani tidak perlu membeli kotoran ternaknya, hanya perlu mengeluarkan modal untuk pembuatan reaktor biogasnya saja.  Selain menghasilkan gas, biogas juga menghasilkan buangan berupa kotoran sapi yang sudah melalui proses fermentasi di dalam tabung reaktor. Kotoran sapi yang keluar merupakan kotoran sapi yang sudah matang, dengan kata lain siap untuk digunakan sebagai pupuk organik.

Kotoran ternak yang digunakan bisa berasal dari kotoran sapi maupun ternak lain seperti domba atau kambing. Namun untuk biogas di Desa Sindanglaya menggunakan kotoran sapi, pemilihan kotoran sapi karena lebih mudah dalam proses pengerjaan karena produksi kotoran dari ternak sapi volumenya lebih banyak dibandingkan domba atau kambing, sehingga memudahkan dalam pengumpulannya.  Selain itu kotoran sapi lebih mudah pada waktu pencampuran dengan air, dibandingkan dengan kotoran domba atau kambing yang lebih padat, sehingga harus dihancurkan terlebih dahulu.
Alat-alat yang diperlukan untuk menghasilkan biogas adalah
  1. Reaktor berkapasitas 3500 liter yang terbuat dari fiberglass, bahan reaktor selain dari fiberglass dapat juga menggunakan drum bekas atau plastik yang berukuran besar dengan syarat kedap udara untuk mencegah kebocoran gas.
  2. Selang
  3. Drum pengumpan yang bisa dibuat dari drum kecil bekas
  4. Pengaman gas untuk membuang kelebihan gas
  5. Plastik penampung gas, yang berfungsi untuk menampung gas seperti halnya tabung elpiji
  6. Kompor biogas
  7. Blower, alat ini dipasang pada kompor biogas. blower berfungsi untuk membantu menyedot gas dari penampung gas, karena gas yang dihasilkan dari biogas merupakan gas bertekanan rendah sehingga memerlukan bantuan blower untuk memperkuat tekanannya.
  8. Selang elasti 20 meter
  9. Pipa inlet dan outlet
  10. Penutup drum umpan
proses perakitannya sendiri dilakukan antara teknisi dari perusahaan penyedia biogas dengan para petani, petani disertakan dalam proses perakitan diharapkan agar petani/peternak memahami proses pemasangan dan proses pembentukan gas. Setelah dirakit, maka dilakukan pengisian kotoran ternak ke dalam tabung reaktor.  Kotoran ternak dimasukkan melalui bak pengumpan, di dalam bak pengumpan kotoran ternak dicampur dengan air dengan perbandingan kira-kira 1:1, 1 ember kotoran ternak dicampur dengan 1 ember air, atau sampai campuran kotoran ternak dengan air terlihat tidak terlalu encer maupun tidak terlalu pekat.  Sisa-sisa pakan ternak yang terbawa pun dibuang pada waktu pencampuran. setelah bak pengumpan penuh kemudian penutupnya dibuka sehingga campuran kotoran ternak dengan air masuk ke dalam reaktor, di dalam reaktor inilah akan terjadi proses fermentasi, dimana hasil dari fermentasi yaitu pelepasan panas dan gasnya disalurkan melalui selang ke plastik penampung.  Gas mulai terbentuk pada hari ke-5, yang ditandai dengan mulai mengelembungnya plastik penampung, pada hari ke-15 atau sekitar 2 minggu gas yang terbentuk semakin banyak seiring dengan penuhnya isi tabung reaktor oleh kotoran sapi.

Tabung fiberglas yang digunakan mempunyai volume + 3500 liter, untuk mengisi tabung itu diperlukan + 1200 kg kotoran ternak.  Setelah reaktor penuh pengisian reaktor hanya dilakukan seperlunya saja.  Menurut teknisi dari perusahaan biogas, gas yang ditampung dalam plastik penampung berukuran + 2500 liter dapat digunakan untuk memasak selama 6 jam.  Petani yang menggunakan biogas biasa menggunakan biogas untuk memasak selama + 2,5 jam setiap harinya. Dengan penggunaan selama 2,5 jam setiap hari, masih tersisa gas dalam plastik penampung.  Dengan penggunaan seperti itu, petani cukup mengisi kotoran sapi sebanyak 2 ember yang dilakukan 2 hari sekali.

Proses pemasangannya pun tidak berjalan sempurna karena ada kebocoran di tabung reaktor. Tapi hal ini justru menyebabkan petani menjadi lebih memperhatikan Reaktor biogas.  Setelah berbagai macam perbaikan, sampai akhirnya reaktor biogas dapat menghasilkan gas dengan sempurna. Sebelum menyalakan kompor  biogas steker dari blower dimasukkan ke stop kontak, kemudian kran kompor dibuka dengan cara diputar ke arak kanan.  Setelah gas dirasakan keluar, baru kemudian korek api dinyalakan, maka menyambarlan gas ke api dari korek api, keluarlah si api biru yang dinanti-nanti. Dan keluarlah komentar bahagia dari petani seperti judul suatu acara di televisi “akhirnya datang juga...”, dari kotoran sapi yang berwarna hijau keluarlah api yang warnanya biru.


Sumber : Deptan

JAMU TRADISIONAL UTK SAPI


Jamu tradisional untuk sapi, mungkin sebagian orang akan merasa heran karena  umumnya yang dikenal orang adalah jamu untuk dikonsumsi oleh manusia, seperti jamu tolak angin dan berbagai jenis dengan khasiat tertentu termasuk penambah nafsu makan.  Sedangkan jamu untuk ternak sebagian masyarakat Lombok mengenalnya dengan sebutan Loloh.  Jamu ini terbuat dari berbagai macam bahan rempah-rempah dan bumbu masakan  yang biasa digunakan oleh para ibu rumah tangga sebagai penyedap rasa.  Mungkin setiap wilayah memiliki ramuan jamu yang berbeda-beda tergantung pembuatnya. 



Parapembuat jamu ini sebagian besar masih merahasiakan resepnya, karena mereka memproduksi dan kemudian menjual kepada para peternak.  Jamu ini dipercaya memiliki khasiat untuk menambah nafsu makan ternak.  Sementara ini lebih banyak diberikan pada ternak sapi yang digemukkan.  Peternak menginginkan  sapi-sapi yang dipelihara bisa cepat besar dalam waktu yang singkat agar mereka bisa mendapatkan harga yang tinggi setelah dipelihara selama beberapa waktu.
Pada  usaha penggemukan, sapi dipelihara untuk menghasilkan daging, dan hal ini  ditentukan oleh peningkatan berat badan ternak selama kurun waktu tertentu.  Pertambahan berat badan diketahui dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu  genetis ternak dan lingkungan termasuk pakan yang diberikan (kuantitas maupun kualitasnya).  Ternak sapi yang dipelihara peternak di NTB sebagian besar adalah bangsa sapi Bali, sebagian lainnya merupakan  sapi potong unggul seperti Simental, Limousine dan Bangus (keturunan Brahman-Angus).  Jelas pada kondisi yang sama pertambahan berat badan harian (PBBH) sapi lokal (sapi Bali) lebih rendah dibandingkan sapi-sapi potong unggul.
Agar ternak dapat hidup dan berproduksi maka perlu diberikan makanan yang cukup sesuai kebutuhannya.  Kebutuhan pakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing/domba biasanya diperhitungkan berdasarkan berat badannya  yaitu seberat 3% dari berat badan ternak dalam bentuk bahan kering (BK).  Mengapa demikian? Karena hijauan makanan ternak memiliki berat kering yang berbeda maka yang digunakan sebagai patokan perhitungan adalah dalam bentuk bahan kering. Dengan pemberian jamu dimaksudkan agar nafsu makan ternak meningkat sehingga terjadi peningkatan PBBH.  Jika ternak lekas gemuk, maka bisa lebih cepat dijual dan dapat memberikan keuntungan yang maksimal.



Di  Desa Tebaban, Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur, sedang dilaksanakan kegiatan untuk menguji pengaruh jamu tradisional terhadap pertambahan berat badan harian ternak sapi jantan yang digemukan.  Kegiatan tersebut merupakan Pengkajian dan Pemberdayaan Potensi Sumberdaya Lokal 2009 yang dibiayai oleh Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI).  Obyeknya adalah sapi Simental jantan berumur sekitar 1 tahun, dan sapi Bali dengan beberapa tingkatan umur.  Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui jumlah konsumsi pakan pada ternak-ternak sapi yang diberikan jamu tradisional; 2) mengetahui efektifitas jamu tradisional terhadap peningkatan berat badan harian ternak sapi pada beberapa tingkatan umur dan bangsa ternak potong.  Jamu diberikan seminggu sekali, sebanyak 10 butir/ekor. Untuk mengetahui efek jamu tersebut dilakukan penimbangan ternak secara berkala.  Juga dilakukan pengukuran jumlah pakan yang dikonsumsi per hari.
Kegiatan telah dilaksanakan mulai bulan Mei 2009 dan pengamatan akan berakhir pada bulan September 2009, didanai oleh program P4MI pada BPTP NTB.  Hasil penelitian ini diharapkan bisa mendapatkan informasi tentang efek jamu tradisional (Loloh) pada penggemukan ternak sapi.  Selama ini jamu semacam itu hanya bisa diasumsikan dapat menambah nafsu makan ternak dan mempersingkat waktu penggemukan.  Selanjutnya dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penggunaan jamu tradisional pada usaha penggemukan ternak sapi khususnya.  Sementara ini hasil pengamatan belum bisa dipublikasikan karena penelitian masih berjalan.   

Sumber : Deptan

FERMENTASI DAUN KELAPA/SAWIT UNTUK PAKAN SAPI



Daun sawit (Palm oil leaf) mengandung protein kasar 14,8%, lignin 27,6% dan kecernaan invitro kurang dari 50%, temasuk kualitas biologis medium (Jalaludin, 1991). Oleh karena itu disarankan pemberian daun sawit kepada ternak jangan melebihi 20%, sebaiknya diberi perlakuan lebih dulu. Daun sawit diketahui memiliki keambaan, daya serap air dan kelarutan yang lebih tinggi. Nilai keambaan yang tinggi merupakan karakteristik berserat tinggi.
Berdasarkan kriteria tersebut pelepah dan daun sawit termasuk ke dalam pakan dasar. Hasil penelitian Purba et al (1997), menunjukkan pelepah daun sawit dapat menggantikan rumput sampai 80% tanpa mengurangi laju pertumbuhan bobot badan domba yang sedang tumbuh.
Pelepah dapat diberikan dalam bentuk segar atau diproses terlebih dahulu menjadi silase. Penggunaan pelepah sawit dalam bentuk silase pada sapi sebanyak 50% dari total pakan dapat menghasilkan pertambahan bobot badan harian berkisar   0,62 - 0,75 kg dengan nilai konversi pakan antara 9,0 - 10,0 (Ishida and Hasan, 1993). 
Perlakuan fermentasi untuk menghasilkan silase pada prinsipnya bertujuan untuk preservasi dan konservasi. Pengaruhnya terhadap nilai gizi bahan relatif kecil. Untuk meningkatkan kandungan gizi dalam proses fermentasi dapat ditambahkan urea.
Hasil penelitian Hasan et al (1996), menunjukkaan pelepah sawit menjadi produk silase tidak meningkatkan kecernaan, namun jika menambahkan urea sebanyak 3 - 6% akan meningkatkan kandungan protein bahan dari 5,6 menjadi 12,5 atau 20%.
Proses pembuatan silase dilakukan dengan mencacah bahan menjadi partikel yang halus. Cacahan diberi salah satu bahan seperti : tepung kanji,  tepung jagung, onggok atau molases sebanyak 3-5% dari berat bahan.  Dasar pemilihan bahan adalah murah dan mudah didapat.

Selain bahan tersebut diatas, tambahkan juga urea 3 - 6%, kemudian semua bahan dimasukkan kedalam drum, padatkan dan tutup rapat untuk mempertahankan kondisi tanpa udara (anerob) selama 2-3 minggu baru bisa digunakan. Pada saat silase dibuka, kering anginkan terlebih dulu baru diberikan kepada ternak. Silase dapat disimpan dalam waktu yang lama, bahkan bertahun-tahun tanpa mengalami penurunan nilai nutrisi.

PENGOLAHAN KOTORAN SAPI




Pupuk sebagai bahan-bahan tertentu yang diberikan pada tanah agar dapat menambah unsur atau zat-zat makanan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Disebut juga sebagai zat yang berisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang hilang atau habis terhisap tanaman dari tanah. Umumnya tujuan pemupukan adalah  untuk memelihara atau memperbaiki kesuburan tanah.
Lahan pertanian memerlukan pupuk organik untuk mempertahankan kesehatan tanah serta kecukupan unsur hara tanaman.  Berkurangnya kandungan bahan organik pada lahan pertanian akibat terkurasnya bahan organik tanah dan unsur-unsur mikro, hal ini dapat terjadi karena intesifnya pengolahan tanah dengan menggunakan pupuk makro NPK secara terus-menerus tanpa pengembalian bahan organik kedalam tanah. Untuk mengembalikan pada keadaan kesehatan tanah yang normal diperlukan 2 kali lipat tambahan bahan organik.
Cara Pembuatan :

Alas kandang yang telah tercampur dengan kotoran sapi, dipindahkan ketempat pembuatan pupuk organik. Tempat pemrosesan pupuk organik harus dijaga  tidak mendapatkan panas langsung dari sinar matahari, dan juga harus terlindung dari air hujan. Manure tersebut dicampur dengan probion dengan imbangan 2,5 kg probion, 2,5 kg urea dan 2,5 kg TSP untuk setiap ton bahan pupuk, selanjutnya ditumpuk pada tempat yang telah disiapkan sehingga mempunyai ketinggian 1 meter. Campuran tersebut didiamkan selama kurang lebih 21 hari  dengan pembalikan dilakukan setiap minggu. Untuk mendapatkan partikel pupuk organik yang relatif sama dilakukan pengeringan dengan sinar matahari secukupnya, kemudian digiling dan dilanjutkan dengan penyaringan secara fisik.  Pupuk organik yang sudah siap disimpan dalam kantong plastik (ukuran tergantung pada tujuan pengepakan) dan selanjutnya siap untuk digunakan.

JERAMI FERMENTASI UTK PAKAN SAPI




Usaha sapi perah atau sapi potong yang diperuntukkan untuk menghasilkan produksi baik susu maupun daging yang berkualitas baik, pada umunya dihadapkan pada masalah ketersediaan pakan baik berupa hijauan maupun konsentrat. Produksi hijauan pakan menjadi lebih terbatas karena pertambahan penduduk yang membutuhkan lahan untuk pemukiman, perluasan lahan untuk produksi pangan dan pembangunan subsektor lainnya.

Oleh sebab itu penyediaan pakan memerlukan pengolahan limbah pertanian yang relatif sederhana untuk mendukung ketersediaan pakan sepanjang tahun.

Jerami padi merupakan limbah pertanian yang tersedia dalam jumlah cukup banyak dibanding dengan limbah pertanian lainnya, serta mudah diperoleh untuk dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan sebagian menjadi kompos.

Ternak sapi yang menkonsumsi jerami padi menghasilkan kotoran (pupuk kandang), yang nantinya apabila dikelola secara baik, akan menjadi pupuk organik dan akan bermanfaat optimal bagi tanaman.

Hambatan pemanfaatan jerami padi segar sebagai pakan ternak adalah rendahnya nilai nutrisi bila dibandingkan dengan pakan hijauan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dapat diperbaiki dengan teknologi untuk meningkatkan nilai gizi jerami padi.

Cara yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak sapi adalah melalui proses fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung mikroba proteolitik, lignolitik, selulitik, lipolitik dan bersifat fiksasi nitrogen non simbiotik (BIOTOPFEED). Hal ini akan meningkatkan motivasi untuk meningkatkan ternak sapi yang dipelihara.

PROSES PEMBUATAN JERAMI PADI FERMENTASI

Pembuatan jerami padi fermentasi dengan sistem terbuka. Proses fermentasi terbuka dilakukan pada tempat terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Bahan-bahan yang digunakan untuk menghasilkan 1 ton jerami fermentasi adalah : 1 ton jerami padi segar, Probion (probiotik) 2,5 kg, Urea 2,5 kg, dan air secukupnya.

CARA PEMBUATAN

Proses pembuatan dibagi dua tahap, yaitu tahap fermentatif dan pengeringan serta penyimpanan.

Pada tahap pertama:

jerami padi yang baru dipanen dari sawah dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan, dan diharapkan masih mempunyai kandungan air 60%.

Jerami padi segar yang akan dibuat menjadi jerami padi fermentasi (misal = 1 ton jerami) dihamparkan dengan ketebalan kurang lebih 20 cm kemudian disiram dengan larutan MIKROBA (BIOTOPFEED 1 liter + MOLASSES 1 Kg + UREA 1 KG + AIR MATA AIR 100 liter).
Kemudian diaduk-aduk hingga merata lalu ditumpuk. Tumpukan berlapis-lapis per 20 cm bisa sampai ketinggian 3 meter di bawah peneduh.

Setelah pencampuran dilakukan secara merata, kemudian didiamkan selama 21 hari agar proses fermentatif dapat berlangsung dengan baik.

Tahap kedua :

proses pengeringan dan penyimpanan jerami padi fermentasi.

Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari dan dianginkan sehingga cukup kering sebelum disimpan pada tempat yang terlindung.

Setelah proses pengeringan ini, maka jerami padi fermentasi dapat diberikan pada ternak sebagai pakan pengganti rumput segar.